|
(ilust kitlv.pictura-dp.nl) |
Selepas kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, Belanda berikhtiar untuk kembali ke bekas tanah jajahannya, Indonesia. Dikirimnya serdadu KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang masih muda-muda dengan kapal ke tanah Jawa. Menjejakkan kaki di negeri tropis ribuan kilometer dari tanah kelahirannya, rupanya memberi pengalaman yang unik bagi serdadu Londo. Seorang kartunis yang mungkin juga adalah anggota kesatuan KNIL bernama S. Van Basel mengabadikan pengalaman lucu ini pada tahun 1948. Mari kita nikmati beberapa kartunnya yang sangat humanis berikut ini.
Gambar di atas adalah karikatur dua orang tentara Londo yang sedang menaiki dokar. Maklum kereta yang ditarik kuda ini di-desain untuk ukuran tubuh orang kita, sehingga kepala si soldadu jangkung ini ‘kesundul’ menjebol atap terpal dokar. Sang sais cuma bisa tertegun melihat tingkah si bule yang mungkin baru pertama kali seumur hidupnya menumpang dokar.
|
genjot becak |
Kartun kedua ini menggambarkan betapa sengsaranya si tukang becak menggenjot kendaraan yang ditumpangi oleh dua serdadu Londo yang berbobot kelas berat. Entah mengapa di zaman itu semua becak diberi nama ‘Street Devil’. Sementara sang abang becak ‘ngos-ngosan’, berlalulah sebuah jip dengan kap terbuka yang seakan-akan mengejeknya untuk berlomba adu cepat.
|
serangan nyamuk |
Kartun ketiga menggambarkan betapa nestapa si tentara Londo ini hidup di negeri tropis yang banyak nyamuknya. Semuanya jadi serba salah. Mau telanjang dada karena kegerahan, nyamuk datang menyerang. Pakai kelambu pun tak menjamin terbebas dari nyamuk, karena serangga pengisap darah ini pandai mencari celah-celah jalan masuk. Alat pengusir nyamuk zaman itu, sapu lidi juga tidak mempan mengalahkan nyamuk. Maklum Londo-londo ini jarang mandi, jadi makin mengundang selera sang nyamuk.
|
es lilin |
Kartun keempat menggambarkan asyiknya serdadu Londo ini mengulum es lilin di tengah teriknya matahari. Entah mengapa juga pada masa itu semua es loli diberi nama ‘Ijs Atoom’. Perhatikan pula si tukang es dengan ‘keliningan’ khasnya yang zaman kini sudah tak kita dengar lagi. Sementara seorang memborong tiga es lilin sekali gus, nampak di kejauhan seorang rekannya berlarian menuju ke gerobak es ini.
|
menawar di pasar |
Kartun kelima, adalah ilustrasi pemakaian bahasa tarzan di pasar. Si soldadu menawarkan dengan jari satu, sementara si penjual buah mengacungkan jari empat. Rupanya si bule sudah belajar dari pengalaman, bahwa harga-harga barang di pasar bisa ditawar dan bukan harga mati.
sumber : http://hiburan.kompasiana.com
0 Comments